Ini kisah nyata. Kisah yg dialami org seorang nenek yang telah renta ditelan sang waktu. Seorang nenek tua sebut saja mawar yang telah aku anggap seperti nenek kandungku sendiri. Yang kuanggap seperti keluarga ku.
Semua ini berawal dari keluluhan hatinya melihat seorang anak kecil, yang bertampang lusuh. Entah karena keinginan dirinya yang ingin mempunyai seorang anak lelaki atau bagaimana. Tapi yang aku ketahui dia memungut anak lelaki itu.
Setelah mengurus berbagai surat, menamai anak lelaki itu, ia mengurusnya sebagaimana anak kandungnya sendiri. kakaknya yang tak lain adalah anak nenek itu juga menyayanginya seperti anak sendiri.
Mereka juga memperlakukannya layaknya anak sendiri. Memberikan sekolah yang terbaik meskipun kita sama-sama mengetahui 20 tahun yang lalu, uang sangat susah dicari. Mereka juga mengajarinya berbicara bahasa tionghua seperti kami.
Waktu berjalan begitu cepat hingga sekarang. Entah apalagi yang keluarga itu berikan kepadanya. Yang jelas, yang aku ketahui, ia selalu mendapatkan yang ia inginkan.
Hari ini, tepat tanggal 04 Februari 2010. Hari imlek ke-dua. Seperti biasanya, aku dan keluarga berjalan-jalan ke rumah-rumah keluarga besar seperti yang tradisi yang dilakukan keluarga kami..
Kami pun ke rumah nenek mawar itu. Entah mengapa, ketika sampai di halaman rumah itu, aku merasakan ada yg lain.
Tak seperti biasanya ramai. Padahal setauku nenek mawar itu hanya tinggal bertiga, bersama kedua keponakannya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.
kedua keponakannya itu tinggal bersama nenek mawar karena ayahnya meninggal kira-kira 2 tahun terakhir ini. Sekitar 6bulan ini, mama dari kedua bocah itu meninggalkan mereka tanpa alasan yang jelas. Itulah penyebabnya kedua bocah itu tinggal bersama nenek mawar.
kembali lagi ke rumah nenek mawar. Kami sekeluarga pun masuk ke rumah itu. Di teras depan tampak anak angkatnya yang telah tumbuh dewasa. Setau aku, dia telah memiliki istri dan 4 orang anak. Namun dari berita terakhir yang ku dengar, ia istri dan anak-anaknya kabur entah kemana.
Aku pun mengatakan gong xi kepadanya. Layaknya yg biasanya aku lakukan kepadanya. Ia hanya membalas dengan senyum kemudian menyuruh kami sekeluarga masuk ke dalam. Untuk mencari mamanya.
Kami pun masuk. Dan mata ku terkejut melihat altar yang kosong mengelompong! padahal sudah tradisi jika pada saat imlek, altar-altar biasanya berisi bermacam-macam sajian untuk dewa-dewi serta leluhur.
Aku pun masuk dan pura-pura tak tahu. kami mencari nek mawar. Ternyata ia sedang di ruang keluarganya. Duduk terkulai lemas ditemani salah seorang keponakannya.
Suasana rumah yang seperti kapal pecah! Aku pun heran bukan main. Mama ku menghampiri nek mawar. nenek mawar pun menceritakan kalau ia jatuh minggu kemarin di wc. Dan jadinya tidak bisa berjalan.
Nek mawar menceritakannya sambil terus menangis. Aku pun heran bukan main. dari sinilah aku mengetahui, jika paman itu anak angkatnya. Pantaslah muka mereka tak mirip sama sekali. Muka nek mawar yang maih ada sedikit ras chinesenya. Sedangkan paman itu tidak ada sama sekali. Mukanya mirip sekali dengan orang pribumi.
Nek mawar juga mengatakan kalau paman itu membawa teman-temannya. Memang sejauh mataku memandang, diruang kerja tempak suami nek mawar dulu ada sekelompok orang. Pria dan wanita yang kira-kira berusia 25tahunan sedang bermain kartu. Juga tercium dari ruang tamu, bau asap rokok yang kuat bukan main.
Nek mawar mengadu, jika paman itu ada ketika tragedi nenek jatuh. Namun, IA SAMA SEKALI TAK MAU MEMBANTU. Justru tetap sibuk bermain bersama teman-temannya.
Sungguh entah anak bentuk apa dia.
tak kusadari, air mata ku menetes ketika mendengar nenek mawar bercerita. Memang kami disana tidak lama. Karena selain emosi melihat tampang anak pungut macam setan itu, juga kami kaihan melihat nek mawar bercerita sambil menangis.
Tak tega melihat sesosok nenek yang telah renta dengan suara parau dan perkataan yang tak jelas itu. Akhirnya, kami pun berinisiatif pulang. Kami berpamitan kepada nek mawar dan berpesan supaya dia tinggal saja dgn anak perempuannya.
Masa bodoh dengan setan yang tak lain anak angkatnya sendiri itu. Biarkan saja dia dengan rumah tua yang besar ini. Toh tujuan dia dirumah ini kan untuk mengambil rumah ini.
Namun, nek mawar menolak. Ia mengatakan ia segan dgn mertua anaknya. Aku pun berkata, buat apa segan dirumah orang. mending ia pura-pura tak tahu dari pada tersiksa dirumah sendiri.
Memang, ku akui, rumah nek mawar agak lain auranya ketika kami masuk. Entah karena ia jarang sembahyang lagi karena sakit atau apa aku pun tak mengerti.
Akhirnya, kami pun sekeluarga pulang. Meninggalkan nek mawar dirumah tua bersama keponakannya juga segerombolan setan-setan itu.
diperjalanan pulang, aku mencaci maki anak angkat tak berotak itu! Aku coret namanya di hati dan otakku. Tak sudi aku memanggilnya paman lagi. Menganggapnya jadi manusia pun aku tak sudi.
Bukan karena aku mengetahui kebenaran ia anak pungut nek mawar, atau krn kami beda ras . namun karena sikap ia yang tega menyiksa orang yang telah mengangkat dang mengasuhnya selama belasan tahun.
Dari emosi ini juga aku belajar, jika kita harus menyayangi orang tua kita. Wajib! Harus! Mesti!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Design by Gisele Jaquenod
Tidak ada komentar:
Posting Komentar